SEJARAH NUSA TENGGARA BARAT (5)

PERIODE PENDUDUKAN JEPANG

                Pada tanggal 8 Maret 1942, pihak Belanda menyerah kepada Jepang. Pada saat itulah Jepang mulai masuk ke Nusa Tenggara Barat melalui kegiatan pelatihan pemuda dengan dikerahkannya para pemuda untuk menjadi Seinendan, Keibodan dan Heiho pada tanggal 17 Juli 1942. Hal ini dilakukan oleh Jepang untuk keperluan pertahanan dan keamanan dalam menghadapi tentara sekutu yang mulai menyerang wilayah Nusa Tenggara Barat sekitar bulan April 1943 di bawah pimpinan serdadu Australia. Di samping itu, rakyat setempat dikerahkan sebagai romusha di pusat-pusat pembangunan pertahanan Jepang dengan dalih untuk memenangkan Perang Asia Timur Raya, dan di perusahaan pemintalan dalam rangka menggiatkan produksi kapas. Semua itu dijalani oleh rakyat dengan keadaan terpaksa, karena mereka tidak ada jalan lain, kecuali bekerjasama denga Jepang untuk membantu dalam Perang Asia Timur Raya.

                Di sisi lain, kedatangan Jepang dimanfaatkan oleh rakyat untuk memperluas dan memperkuat perlawanan terhadap Belanda. Belanda kemudian mundur ke Sumbawa Besar dan selanjutnya ke Lombok. Peperangan tersebut didukung oleh Sultan Muhammad Salahuddin, Raja ke - 14 dari Kerajaan Bima. Selanjutnya, Sultan Sumbawa, Mohammad Kaharoeddin, memerintahkan untuk menangkapi sisa pasukan Belanda yang masih berada di Sumbawa. Mereka ditahan oleh Sultan Sumbawa dan diserahkan kepada tentara Jepang, yang selanjutnya membawa para tawanan ke Makassar.

                Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, wilayah administratif yang semula disebut afdeling diubah namanya menjadi Ken. Karesidenan Timor dan daerah sekitarnya dimasukkan dalam Syoo Sunda Syu (Wilayah Sunda Kecil), yang diatur oleh Minsefu Cokan (armada selatan ke-2) di Singaraja, Bali, dan dibagi dalam empat Ken, yaitu Timor Ken, Flores Ken, Sumba Ken, dan Sumbawa Ken. Setiap Ken dipimpin oleh Ken Kan Kanrikan. Setiap Ken terdiri dari beberapa Binken (onderafdeling) yang dipimpin oleh Bunken Kanrikan, di bawahnya adalah Gunco atau Soco, yang kebanyakan adalah Raja.

                Pada tahun  1944, Jepang merubah struktur administrasi pemerintah di bagian timur hindia Belanda, dengan memisahkan Timor dan daerah sekitarnya dari De Groote Oost untuk dibentuk menjadi wilayah sendiri yaitu Provinsi Sunda Kecil. Dengan demikian wilayah Nusa Tenggara Barat menjadi bagian dalam wilayah Provinsi Sunda Kecil.

                Upaya pertahanan dan keamanan terhadap tentara sekutu tersebut tidak banyak berarti, karena pada tahun 1945, angkatan udara Australia mengebom instalasi-instalasi militer Jepang di Bima. Di samping itu, mereka juga menyebarkan pamplet dalam bahasa Melayu, dan Inggris yang isinya propaganda  untuk menegakkan kembali pemerintahan Sultan Bima di wilayah Timur Hindia Belanda.


                Dalam peperangan melawan tentara sekutu, Jepang banyak mengalami kekalahan. Jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, membuat Jepang bertekuk lutut dan menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Kesempatan ini dipergunakan Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.

Sumber Tulisan :

Tim Arsip Nasional Republik Indonesia.(2006). Citra Nusa Tenggara Barat Dalam Arsip. Kerjasama Badan Arsip Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Arsip Nasional Republik Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar