SEJARAH NUSA TENGGARA BARAT (4)

PERIODE PERGERAKAN NASIONAL
                Perkembangan organisasi politik di Nusa Tenggara Barat bersamaan dengan perkembangan gerakan nasional di pulau Jawa. Pada awal abad ke-20, di Jawa mulai terbentuk organisasi politik modern, yang membawa pengaruh sampai di Nusa Tenggara Barat. Gerakan Budi utomo yang didirikan pada tahun 1908 sebagai organisasi modern di masa itu, telah tumbuh dan berkembang dalam mempropagandakan tujuannya.

                Pada tahun 1916, pemerintah kolonial Belanda membagi Residentie Timor en Onderhoorigheden menjadi lima afdeling. Pembagian ini didasarkan pada keputusan gubernur jendral hindia Belanda no.331 Tahun 1916 tgl.13 April 1916. Adapun lima afdeling tersebut adalah :

1. Afdeling Timor Selatan dengan pulau-pulau disekitarnya;
2. Afdeling Timor Utara dan Tengah di bagi dalam lima onderafdeling;
3. Afdeling Flores dibagi dalam tujuh onderafdeling;
4. Afdeling Sumba dibagi dalam empat onderafdeling;
5. Afdeling Sumbawa dibagi dalam tiga onderafedeling.

                Sementara itu, upaya untuk mendirikan pergerakan nasional terus meningkat. Keadaan ini membuat Raden Mas Soetatmo dan Prang Wedono dengan ide pendirian cabang Budi Utomo di Bali Selatan tahun 1918.

                Tahun 1920, terjadi lagi perubahan pembagian wilayah Nusa Tenggara Barat, menjadi empat afdeling, yaitu Timor, Flores, Sumbawa dan Sumba, yang secara keseluruhan membawahi enam belas onderafdeling. Dengan pembaharuan tersebut, kedudukan Asisten Residen Afdeling Timor berada di Kupang, Flores di Ende, Sumbawa di Bima dan Sumba di Waingapu.

                Dalam konferensi Budi Utomo cabang Nusa Tenggara Barat tanggal 28 Febuari 1922, dibahas mengenai gagasan sebuah persatuan daerah Kepulauan Sunda Kecil dengan Bali dan Lombok. Namun usaha tersebut menemui jalan buntu karena dihalangi oleh Residen Bali, yang secara tersirat menghalangi pengaruh kaum nasionalis dan memisahkan Bali dengan Jawa.

                Tahun 1936, di Bima terbentuk perkumpulan Angkatan Demokrasi Loehoer (ADIL) yang dipimpin oleh Moehammad Noer Soelaiman. Tujuan organisasi ini adalah penghapusan kelas dan perbedaan lapisan dalam masyarakat Bima dan pendirian masyarakat bernegara berdasarkan asas demokrasi.

                Tahun 1937 di Bima dibentuk pula Cabang Muhammadiyah yang dipelopori oleh Idris M. Jafar, A.D Talu dan M. Hasan. Organisasi ini berhubungan erat dengan Muhammadiyah di Yogyakarta, dengan fokus perhatian pada usaha-usaha pendidikan dan memajukan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan tujuan dari organisasi Muhammadiyah, tahun 1938 di Bima dibentuk Perhimpunan Islam Bima (PIB) yang dipelopori oleh H. Sulaiman dan H. Usman Abidin. Dalam perkembangannya, organisasi tersebut kemudian berintegrasi ke dalam Nahdlatul Ulama (NU) cabang Bima. Organisasi ini merupakan Cabang dari NU yang didirikan oleh Kyai Haji Wahab Chasbullah dengan dukungan Kyai Haji Hasjim Asjari, dengan tujuan untuk membela kaum muslimin tradisional.

Sumber Tulisan :

Tim Arsip Nasional Republik Indonesia.(2006). Citra Nusa Tenggara Barat Dalam Arsip. Kerjasama Badan Arsip Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Arsip Nasional Republik Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar